Al-Qur’an Terjemah Perkata

Ada yang menarik ketika saya mengunjungi sebuah stand Bazar di sebuah kantor pemerintah. Nggak ada yang lain, kecuali sebuah kitab berjudul “Al-Qur’anulkarim, Terjemah Per-Kata Type Hijaz”. Coveringnya bagus dan begitu dibuka, subhanallah…bagaikan mimpi yang terwujud ketika ayat-ayat al-qur’an yang terlulis di atas kertas kuning tersebut dilengkapi makna per-kalimat (kalimat dalam bahasa Arab sama dengan kata dalam bahasa Indonesia) dan di bagian belakang ada indeks.

Mengapa saya katakan bagaikan mimpi terwujud? Sekitar tahun 1996 saya membantu Ustadz  Shalahuddin (sekarang sudah Doktor bahasa Arab ya?) mengetik karya beliau yang diberi judul “Ritajul Qur’an”, sebuah kitab ringkas pelajaran Nahwu Sharaf berdasarkan konsepnya yang kurang lebih mensyaratkan 9 (sembilan) tahap (gerbang/jembatan = ritaj) untuk memahami Al-Qur’an. Salah satu gerbang tersebut adalah Fahmu Tarjamah, yaitu memahami al-Qur’an setelah melewati fahmu qiraah dan fahwu kitabah. Untuk mampu menterjemah al-Qur’an (tidak sama dengan tafsir) seseorang harus menguasai teori nahwu sharaf, maka dari situlah Ustadz Shalahuddin menawarkan pelajaran nahwu sharaf yang penuh dengan contoh-contoh dari al-Qur’an.

Pada perkembangan selanjutnya saya menemukan sebuah karya berjudul al-Inayah (terjemah al-qur’an lafdziah) yang didalamnya al-Qur’an diterjemahkan per-kata berikut cara membacanya dan arti lengkap.  Ada lagi sistem menterjemahkan al-Qur’an metode Granada oleh Ustadz Bunyamin, 40 jam menterjemah al-Qur’an (sistem Istiqlal) dan mungkin masih ada yang lain-lainnya, di antaranya adalah Tafsir Al-Ibriz karya Al-Ustadz Bisri Mustofa (dalam bahasa Jawa pesantren, sehingga kesannya  terasa beda) yang bahkan saya dapatkan jauh sebelum ini -cuma punya 6 jilid kecil- . Semua itu mengajarkan dan mengarahkan agar kaum muslimin khususnya mampu memahami al-Qur’an dari cara yang paling sederhana, yaitu memahami kalimat per-kalimat sebelum nantinya menguasai atau memahami tafsirnya.

Terus terang, saya sangat terobsesi untuk mampu mengerti makna lafdhiah al-Qur’an sejak memunculkan Kitab Ritajul Qur’an dan mengenal metode Granada. Usaha terakhir yang saya lakukan dan sementara berhenti pada surat Al-Isra, adalah secara mandiri membuka pada kamus satu persatu kalimat al-Qur’an dan saya beri catatan di al-Qur’an itu sendiri. Di sini saya menemukan betapa Allah SWT mendorong kita untuk memahami al-Qur’an dengan sebaik-baiknya, karena tidak sedikit untuk mengungkap hal yang sama Dia menggunakan kosa kata yang berbeda.

Alhamdulillah sekarang sudah ada kitab terjemah per-kata yang dari sisi kemasannya PAS dengan yang saya inginkan, praktis dan dengan harga terjangkau.  Terima kasih.